Minggu, 24 November 2013

TREND HIJAB 2013





Bicara masalah fashion tidak akan ada habis-habisnya, ada saja gaya busana yang muncul tidak hanya dari kalangan desainer saja. Ini juga berlaku untuk busana hijab, berbagai trend hijab 2013 telah ditampilkan dibanyak media dan internet tetap saja muncul busana gaya terbaru. Seperti saat ini, saya akan berbagi dengan sista yang hobi dengan hijab style.

Berikut adalah trend hijab 2013 untuk wanita muslimah muda yang bisa dipakai untuk hangeout, acara komunitas atau pergi kuliah atau acara lainya. Dengan banyaknya kompetisi busana muslim yang diadakan trend hijab 2013 akan selalu memperlihatkan gaya terbaru dalam berbusana muslimah.

Berikut ini contoh style hijab modern







SAYURAN DAN BUAH ADALAH KOMPONEN PENTING DALAM HIDUP SEHAT

Artikel ini membahas dan memberikan Contoh Artikel Kesehatan. Semua orang sudah tahu kalau sayuran dan buah sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pada sayuran dan buah  terkandung vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Tetapi hati-hati, dalam kondisi tertentu sayur dan buah itu bisa juga membahayakan kesehatan juga lho!



Contoh Artikel Kesehatan tentang Sayuran Sehat

Contoh Artikel Kesehatan. Sebagai contohnya, berikut 6 jenis sayuran dan buah yang membahayakan dalam kondisi tertentu. Yang pertama adalah bayam. Bayam kerap dijuluki sebagai rajanya sayuran. Hal itu tidak mengherankan karena bayam mempunyai kandungan zat besi yang berlimpah. Zat besi sendiri sangat diperlukan tubuh untuk kesehatan darah. Selain zat besi bayam juga mengandung  vitamin dan mineral seperti natrium, kalium dan lain sebagainya. Tetapi agar mengkonsumsi bayam sarat khasiat,  maka perlu diperhatikan bagaimana cara mengolahnya.
Menyimpan bayam terlalu lama di lemari es jelas tidak dianjurkan. Hal itu bisa menyebabkan kadar nitritnya semakin tinggi. Dalam 2 minggu saja kadar nitritnya akan meningkat sampai 300 mg/kg. Sebagai perbandingan, bayam segar yang baru dicabut saja sudah mengandung senyawa nitrit kurang lebih 5 mg/kg.
Dalam Contoh Artikel Kesehatan, Nitrit adalah senyawa yang  tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun bagi tubuh manusia. Nitrit bila bereaksi dengan zat besi pada sel darah merah bisa berbahaya. Hal itu menimbulkan kesulitan pada hemoglobin untuk mengikat oksigen.
Bayam juga wajib dicuci sebelum dimasak. Hal itu berguna untuk menghindari kandungan pestisida dan torch yang masih menempel pada daun atau batangnya. Juga jangan memasak bayam menggunakan panci alumunium. Hal itu bisa berbahaya. Zat besi kalau bereaksi dengan alumunium bisa menghasilkan racun  juga.
Dalam memasak bayam pun tidak boleh terlalu lama. Apalagi kalau dipanaskan berulang-ulang. Juga jangan mengkonsumsi bayam lebih dari 5 jam sejak dimasak. Mengkonsumsi bayam yang baik adalah sesaat setelah dimasak. Jadi jangan sampai yang tadinya mengharapkan khasiat, yang terjadi justru menjadi racun bagi tubuh kita.
Nah dalam Contoh Artikel Kesehatan, kalau bayam lebih memperhatikan pada proses penyajiannya, berbeda dengan durian dan bawang putih. Pada kedua tanaman itu akan berbahaya kalau mengkonsumsinya secara over dosis. Durian misalnya, pada setiap 100 gramnya mengandung  antara 120-180 kalori. Tentu saja akan terjadi ledakan energi instan yang dahsyat saat Anda mengkonsumsi sekurangnya 4 buah durian. Dan ini tentu saja akan sangat berbahaya bagi ibu hamil, penderita hipertensi, penyakit jantung dan diabetes. Juga jangan sekali-kali mencoba mengkonsumsi durian bersamaan dengan minuman beralkohol. Hal itu sangat berbahaya sebab bisa menimbulkan kematian.
Lain durian lain pula bawang putih. Umbi yang satu ini mempunyai banyak khasiat. Selain digunakan sebagai bumbu dapur, ekstraknya ternyata terbukti menunda kerut-kerut di wajah dan tubuh pada wanita usia kepala empat. Selain itu mengandung antikolesterol sehingga dapat mencegah serangan jantung.

Tetapi hati-hatilah jika mengkonsumsi bawang putih dalam keadaan mentah. Jangan terlalu banyak. Cukup seujung jari sehari. Karena jika terlalu banyak akan menyebabkan kekurangan butir darah merah. Pun dalam satu hari, dilarang mengkonsumsi bawang putih lebih dari tiga siung karena akan mengakibatkan diare, demam, bahkan menimbulkan pendarahan lambung.
Selanjutnya dalam Contoh Artikel Kesehatan adalah buah dan sayur yang menjadi pantangan bagi ibu hamil. Sebut saja pare, nanas dan  pepaya muda. Sayur pare dan pepaya muda diindikasikan bisa menyebabkan keguguran pada ibu hamil. Kandungan  papain  enzim proteolitik yang terdapat di dalamnya bisa menginduksi  terjadi keguguran. Selain itu pepaya muda mengandung  carpain, sejenis alkaloid yang berbahaya bila dikonsumsi oleh ibu hamil dalam jumlah yang sangat banyak. Tapi bagi ibu hamil penggemar pepaya muda, tidak perlu terlalu khawatir juga. Pepaya muda bisa saja aman dikonsumsi bila diolah atau dimasak terlebih dahulu.
Dan inilah buah nanas. Ia berfungsi sebagai antioksidan karena kandungan vitamin A dan C-nya tinggi. Nanas juga mengandung kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, dan enzim bromelain. Enzim ini berkhasiat sebagai anti radang, membantu melunakkan makanan di lambung, serta menghambat pertumbuhan sel kanker. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita sembelit.
Tetapi ternyata nanas juga dapat menggugurkan kandungan. Makanya perempuan hamil dilarang memakan buah satu ini. Selain itu nanas juga bisa memicu rematik. Kadar gula yang cukup tinggi pada nanas disinyalir juga dapat meningkatkan kadar gula darah. Jadi para penderita diabetes sebaiknya tidak berlebihan mengkonsumsi buah ini.
Nanas pun mempunyai efek tidak menyenangkan setelah kita mengkonsumsinya. Mulut dan lidah akan terasa gatal.  Tetapi menghindari hal itu gampang kok. Rendamlah nanas dalam air garam sebelum dimakan.
Demikianlah Contoh Artikel Kesehatan tentang beberapa sayur dan buah yang pantas dijadikan perhatian karena selain menguntungkan bisa juga membahayakan tubuh kita kalau kita  tidak tahu aturannya.

CONTOH ARTIKEL TENTANG BAHASA


1
Contoh Artikel Tentang Bahasa Indonesia - Inilah sebuah contoh artikel tentang Bahasa Indonesia. Adapun artikel ini berjudul "Nasib Bahasa Indonesia" yang ditulis oleh "Ahmad Khotim Muzakka" dan pernah terbit disitus Harian Analisa pada, Jumat, 13 Jan 2012.

Berikut adalah contoh artikel tentang Bahasa Indonesia selengkapnya:

Bahasa Indonesia diproyeksikan menjadi bahasa internasional. Optimisme itu diungkapkan Ketua Komisi Harian Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rahman, pada 15 November 2011. Menurutnya, bahasa Indonesia memiliki peluang menjadi bahasa Internasional karena tidak asing di telinga komunitas internasional. Khususnya di negara-negara tetangga. Peluang itu dinilai lebih besar dibandingkan berbagai bahasa di Eropa. (Kompas, 16/11)

"PBB baru menolak bahasa Jerman menjadi bahasa internasional karena hanya dipakai di Jerman," ujarnya. Arief Rahman menghimbau Badan Bahasa di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lebih aktif mengampanyekan gerakan cinta bahasa Indonesia. Menurutnya, bahasa Indonesia harus digunakan secara aktif tidak hanya di sekolah, tapi juga dalam komunikasi sehari-hari.

Menilik Sejarah

Pada 16 Juni 1927, sidang Volksraad gaduh. Bahasa Indonesia digunakan dalam sidang Dewan Rakyat. Di zaman Hindia-Belanda berkuasa, menggunakan bahasa Indonesia dalam acara resmi menjadi sebuah paradoks; antara kebanggaan dan nasionalisme berhadapan dengan sikap inlandear sebagai bumi putra.

Ialah Jahja Datoek Kajo, anggota Volksraad kelahiran Kota Gadang 1 Agustus 1874. Ia menentang tradisi tidak menggunggulkan bahasa Indonesia. Azizah Etek, dalam buku Kelah Sang Demang, Jahja Datoek Kajo (2008) mencatat ketidaklaziman anggota Volksraad dari kalangan bumi putra menyampaikan pidato dengan bahasa Melayu (Indonesia).

Sebelum Jahja membuat geger sidang Volksraad itu, Haji Agus Salim pernah berbahasa Indonesia, tetapi diperingatkan oleh tuan Voorzitter. Namun Agus Salim menyangkal karena, "menurut Dewan saya punya hak untuk mengeluarkan pendapat dalam bahasa Indonesia." Kita bisa beranggapan bahwa kengototan Jahja menggunakan bahasa Indonesia terilhami oleh Agus Salim. Tapi, Jahja masih selangkah lebih maju. Dalam sebuah sesi, 22 Juni 1927, Jahja berpidato sambil menyentil anggota lain. Katanya, "Saya berharap kepada tuan-tuan yang hadir dalam Diwan Rakyat ini mau menyela pembicaraan saya. Dengan hormat saya minta supaya dilakukan bahasa Melayu, (Azizah Etek: 2008)"

Permintaan Jahja sangat politis dan berniat menaikkan harga diri bahasa dan orang Indonesia. Ia tak rela, di tanah sendiri, harus berbahasa dengan bahasa orang lain. Bukan karena ia tak mampu. Azizah Etek (2008: 30) mengingatkan sebagai seorang tamatan sekolah desa, sekolah kelas dua, Jahja tentu mampu berbahasa Belanda. Pilihan menggunakan bahasa Indonesia merupakan bentuk nasionalisme, dan membentuk identitas yang tidak diakui. Persoalan berbahasa di sidang Volksraad bukan sebatas masalah bagaimana pesan dapat dipahami oleh anggota lain. Jahja memberi contoh bagus merangkai martabat, membangun identitas, dan mengusulkan perubahan.

Jahja geram tatkala seorang wakil pemerintahan Belanda menjawab dengan bahasa Belanda disertai embel-embel bahwa kalau kurang jelas hendak bisa bertanya kepada Mochtar, salah seorang anggota. Dua alasan kegeramnnya, pertama; Jahja dianggap kurang paham bahasa Belanda, dan kedua; orang Belanda enggan berbahasa Indonesia. Menyikapi itu, Jahja berkelakar, "Tuan tentu memaklumi, bahwa sekalian bangsa dalam dunia ini lebih suka berbahasa di dalam bahasanya sendiri. Sebabnya perasaan Indonesier tinggal di orang Indonesier, perasaan Belanda di Belanda."

Pemicu

Buku Pesona Bahasa (2005) mencatat, mengutip penelitian The Summer Institute of Linguistic, terdapat 726 bahasa daerah di seluruh kawasan Indonesia. Bahasa-bahasa itu memiliki penuturnya masing-masing. Ada yang dituturkan jutaan, beberapa ribu, bahkan hanya dinikmati beberapa puluh saja. Nah, bahasa Indonesia mempertemukan bangsa-bangsa yang sudah memiliki bahasa tuturnya sendiri. Bahasa Indonesia berdiri di tengah sebagai penyambung banyak lidah.

Nasib bahasa Indonesia diperteguh kehadiran Sumpah Pemuda yang ditulis dan dibaca-jelaskan oleh Muhammad Yamin pada kongres 28 Oktober 1928. Sumpah pemuda menjadi titik lain penegasan identitas bangsa Indonesia dengan bahasa resmi; bahasa Indonesia. Teks itu berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Teks ini gagah di tengah banyaknya bahasa yang ada di Indonesia. Teks itu menyihir dan mempersatukan pluraritas bahasa di Indonesia. Kita bersatu dan tergerak dalam rima yang satu. Ia menjadi pemicu untuk sadar terhadap hakikat bangsa yang dihuni oleh banyak suku. Teks ini memikat sekaligus memberikan harapan agar bangsa Indonesia bersedia mempersatukan kehendak. Ya, teks itu ampuh dan jitu membawa alam bawah sadar manusia Indonesia dalam tegangan nasionalisme. Teks ini menyelamatkan kemungkinan bahasa Belanda dijadikan bahasa sehari-hari.

Langkah strategis sudah dirumuskan Kepala Badan Pusat Bahasa Kemdikbud Agus Dhar ma untuk memperluas jangkauan bahasa Indonesia. Rencananya, di setiap negara, akan ditambah pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia. Sampai kini, ada 150 pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia di 48 negara.

Yang harus kita waspadai sekarang ini adalah ketidakpercaya-dirian bangsa Indonesia memanggul identitasnya sebagai bangsa. Meskipun sudah merdeka puluhan tahun, kita masih terus didikte oleh bangsa lain. Kenyataan itu bisa dilihat dari betapa menjamurnya kursus-kursus bahasa asing di mana-mana. Kita memang sudah selayaknya menghadapi zaman globalisasi ini dengan mampu menguasai berbagai bahasa, terutama bahasa yang digunakan sebagai bahasa internasional, antara lain bahasa Inggris dan Arab. Tapi, kita pun mesti mempertanyakan pada diri kita, apakah sudah menggunakan bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya berbahasa. Hal terkecil misalnya bagaimana kita menulis pesan singkat, atau menulis status di jejaring sosial.

Sering saya jumpai, banyak orang yang tidak sadar kalau mereka telah merusak bahasa Indonesia dengan cara menyingkat atau mengganti dengan huruf-huruf alay. Untuk hal yang demikian ini, barangkali kita harus malu dengan Jahja yang begitu gigih memperjuangkan kelayakan bahasa Indonesia digunakan di sidang Volksraad yang angker itu. Atau deklarasi sumpah pemuda yang salah satu poinnya menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Maka itu, nasib bahasa Indonesia mestinya menjadi tanggungjawab kita semua. Jadi, bukan hanya lembaga kebudayaan pemerintah saja yang harus menjaga.
19 april 2013
2

Artikel “Bahasa Indonesia Sebagai Jatidiri Bangsa”
17.30  Social, Tugas Kuliah  2 comments


Nama: Zulfindra Juliant
NPM: 18110107
Kelas: 3KA24 (TKA10)
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Tugas: Artikel “Bahasa Indonesia Sebagai Jatidiri Bangsa”


Bahasa Indonesia Sebagai Jatidiri Bangsa

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Bangsa indonesia dituntut untuk dapat mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa.

Mengapa hal ini menjadi penting? Karena globalisasi dengan segala pengaruhnya akan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama bahasa. Dengan bahasa yang semakin global, terutama bahasa inggris, yang dipakai oleh hampir semua bangsa di dunia. Memungkinkan adanya penggerusan terhadap bahasa-bahasa yang lebih lemah dan tidak memiliki jati diri yang kuat.

Sehingga hal ini dapat mengakibatkan bahasa yang terdapat pada suatu bangsa menjadi kehilangan kedudukannya. Lalu bagaimana dengan bahasa indonesia? Pada saat sekarang mulai tampak adanya indikasi ke arah sana. Dimulai dengan adanya kecenderungan penamaan setiap perusahaan, reklame, tempat hiburan, tempat perbelanjaan, film, gedung, dan banyak lainnya dengan bahasa asing, seperti Factory Outlet, Cilandak Town Square, Bandung Super Mall, film “Get Married”, Lippo Bank, dan contoh lainnya yang semakin hari semakin mendominasi.

Ditambah dengan adanya fenomena bahwa bahasa asing lebih diprioritaskan oleh berbagai masyarakat, terutama oleh kalangan masyarakat kelas atas yang dari segi finansial cukup memadai. Adanya anggapan bahwa bahasa asing lebih bersifat maju dan memiliki gengsi sosial yang lebih tinggi. Dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang dengan bangga menggunakan bahasa asing di setiap kesempatan. Menjadikan bahasa asing sesuatu yang penting untuk dikuasai dan dipelajari.

Bahkan di beberapa media cetak dan media elektronik diketahui bahwa beberapa artis dan masyarakat kelas atas lainnya mendidik, mengajari, dan menggunakan bahasa asing (bahasa inggris) kepada anaknya sejak mereka belajar berbicara pertama kali. Dengan alasan agar memudahkan anaknya kelak dalam menguasai bahasa asing ketika berhadapan dengan era global, dimana dituntut memiliki keahlian berbahasa asing yang baik, terutama bahasa asing.

Hal ini merupakan suatu ironi yang sangat menyedihkan. Karena dengan alasan apapun, penggunaan bahasa asing sejak mulai belajar berbicara adalah suatu sikap yang tidak dapat ditolerir. Karena kebanggaan dan kehormatan terhadap bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara tidak dapat dibeli dan tergantikan oleh apapun.

Harus dapat dibedakan situasi yang terjadi di indonesia dengan negara lainnya semisal Hongkong, India, Singapura, dan Malaysia. Di Hongkong, bahasa inggris merupakan bahasa resmi kenegaraan. Di Singapura dan Malaysia, bahasa inggris digunakan sebagai bahasa persatuan bagi berbagai etnis yang terdapat disana, seperti Melayu, Tionghoa, dan India. Di India, bahasa inggris menjadi bahasa yang sering digunakan karena keterikatan historis yang cukup kuat antara india dan inggris. Sedangkan di Indonesia tidak ada sama sekali alasan dan pembenaran terhadap sikap memprioritaskan bahasa asing, dalam hal ini bahasa inggris.

Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa Indonesia dihadapkan pada persoalan yang semakin rumit dan kompleks. Pertama, dalam hakikatnya sebagai bahasa komunikasi, bahasa Indonesia dituntut untuk bersikap luwes dan terbuka terhadap pengaruh asing. Hal ini cukup beralasan, sebab kondisi zaman yang semakin kosmopolit dalam satu pusaran global dan mondial, bahasa Indonesia harus mampu menjalankan peran interaksi yang praktis antara komunikator dan komunikan.

Artinya, setiap peristiwa komunikasi yang menggunakan media bahasa Indonesia harus bisa menciptakan suasana interaktif dan kondusif, sehingga mudah dipahami dan terhindar dari kemungkinan salah tafsir.

Kedua, dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia harus tetap mampu menunjukkan jatidirinya sebagai milik bangsa yang beradab dan berbudaya di tengah-tengah pergaulan antarbangsa di dunia. Hal ini sangat penting disadari, sebab modernisasi yang demikian gencar merasuki sendi-sendi kehidupan bangsa dikhawatirkan akan menggerus jatidiri bangsa yang selama ini kita banggakan dan kita agung-agungkan. “Ruh” heroisme, patriotisme, dan nasionalisme yang dulu gencar digelorakan oleh para pendahulu negeri harus tetap menjadi basis moral yang kukuh dan kuat dalam menyikapi berbagai macam bentuk modernisasi di segenap sektor kehidupan. Dengan kata lain, bahasa Indonesia sebagai bagian jatidiri bangsa harus tetap menampakkan kesejatian dan wujud hakikinya di tengah-tengah kuatnya arus modernisasi.

Ketiga, bahasa Indonesia dituntut untuk mampu menjadi bahasa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) seiring dengan pesatnya laju perkembangan industri dan Iptek. Ini artinya, bahasa Indonesia harus mampu menerjemahkan dan diterjemahkan oleh bahasa lain yang lebih dahulu menyentuh aspek industri dan Iptek. Persoalannya sekarang, mampukah bahasa Indonesia berdiri tegas di tengah-tengah tuntutan modenisasi, tetapi tetap sanggup mempertahankan jatidirinya sebagai milik bangsa yang beradab dan berbudaya? Sanggupkah bahasa Indonesia menjadi bahasa pengembangan Iptek yang wibawa dan terhormat, sejajar dengan bahasa-bahasa lain di dunia?masih setia dan banggakah para penuturnya untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam berbagai wacana komunikasi?

Tanpa Sosialisasi
Kalau kita melihat fakta di lapangan, perhatian dna kepedulian kita untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara jujur harus diakui belum sesuai harapan. Keluhan tentang rendahnya mutu pemakaian bahasa Indonesia sudah lama terdengar. Ironisnya, belum juga ada kemauan baik untuk menggunakan sekaligus meningkatkan mutu berbahasa. Tidak sedikit kita mendengar bahasa para pejabat yang rancu dan payah kosakatanya sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran. Tidak jarang kita mendengar tokoh-tokoh publik yang begitu mudah melakukan manipulasi bahasa. Yang lebih mencemaskan, kita masih terlalu mengagungkan nilai-nilai modern sehingga merasa lebih terhormat dan terpelajar jika dalam bertutur menyelipkan setumpuk istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Memang, bahasa Indonesia tidak antimodernisasi. Bahasa kita cukup terbuka terhadap pengaruh bahasa asing. Akan tetapi, rasa rendah diri (inferior) yang berlebihan dalam menggunakan bahasa sendiri justru mencerminkan sikap masa bodoh yang bisa melunturkan kesetiaan, kecintaan, dan kebanggaan terhadap bahasa sendiri. Haruskah bahasa Indonesia disingkirkan sebagai tuan rumah di negeri sendiri?

Menurut hemat penulis, kondisi di atas setidaknya dilatarbelakangi oleh dua sebab yang ckup mendasar. Pertama, masih kuatnya opini di tengah-tengah masyarakat bahwa dalam berbahasa yang penting bisa dipahami. Imbasnya, ketaatasasan terhadap kaidah bahasa yang berlaku menjadi nihil.

Kaidah-kaidah kebahasaan yang telah diluncurkan oleh Pusat Bahasa, eeprti Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD), Pedoman Umum Pembentukan Istilah Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, atau Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang diharapkan menjadi acuan normatif masyarakat dalam berbahasa, tampaknya tidak pernah “laku”. Persoalan kebahasaab seolah-olah hanya menjadi urusan para pakar, pemerhati, dan peminata masalah kebahasaan. Yang lebih parah, masyarakat menganggap bahwa kaidah bahasa hanya akan membuat suasana komunikasi menjadi kaku dan tidak komunikatif.

Opini tersebut diperparaha dengan minimnya keteladanan dari “elite” tertentu yang seharusnya menjadi “patron” berbahasa yang baik dan benar, justru mempermainkan dan memanipulasi bahasa sesuai dengan selera dan kepentingannya. Akibatnya, sikap latah masyarakat kita yang cenderung paternalistik merasa tak “berdosa”, bahkan menjadi sebuah kebanggan ketika meniru bahasa kaum “elite”.

Kedua, kurang gencarnya pemerintah –dalam hal ini Pusat Bahasa sebagai “tangan panjang”-nya—melakukan upaya sosialisasi kaidah bahasa kepada masyarakat luas, bahkan bisa dikatakan nyaris tanpa sosialisasi. Pemerintah sekadar menyosialisasikan slogan dan “jargon” kebehasaan dengan memanfaatkan momentum seremonial tertentu dalam Bulan Bahasa. Dengan kata lain, slogan “Gunakanlah Bahasa yang Baik dan Benar” yang sering kita baca lewat berbagai media (cetak/elektronik) terkesan hanya sekadar retorika untuk menutupi sikap masa bodoh dan ketidakpedulian dalam menangani masalah-masalah kebahasaan.

Kaidah bahasa yang diluncurkan itu pada dasarnya bertujuan untuk menjaga kesamaan persepsi dalam pemakaian bahasa, sehingga terjadi kesepahaman manka antara komunikator dan komunikan. Dengan demikian, kebijakan para pakar atau perencana bahasa dalam meng-“kodifikasi” kaidah mestinya harus tetap mengacu pada kecenderungan-kecenderungan yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat sehingga kaidah yang diluncurkan tidak kaku dan dipaksanakan. Kecenderungan masyarakat yang sering menggunakan istilah asing , baik dalam ragam lisan maupun tulis, harus diserap dan diakomodasi oleh para perencana bahasa sebagai masukan berharga dalam merumuskan konsep kebahasaan pada masa yang akan datang. Artinya, kecenderungan modernisasi bahasa yang kini mulai marak di tengah-tengah masyarakat dalam berbagai ragama mesti disikapi secara arif. Dengan kata lain, modrnisasi sangat diperlukan dalam menghadapi pusaran arus global dan mondial sehingga bahasa kita benar-benar mampu menjadi bahasa komunikasi yang praktis, efektif, luwes, dan terbuka. Namun demikian, kita jangan sampai dalam modernisasi bahasa yang berlebihan sehingga melunturkan kesetiaan, kecintaan, dan kebangaan kita terhadap bahasa nasional dan bahasa negara.

Tiga Agenda
Pada sisi lain, upaya pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar tampaknya hanya akan menjadi slogan dan retorika apabila tidak diimbangi dengan gencarnya sosialisasi kaidah bahasa baku di berbagai lini dan lapisan masayarakat. Mengharapkan keteladanan generasi sekarang jelas merupakan hal yang berlebihan. Berbahasa sangat erat kaitannya dengan kebiasaan dan kultur sebuah generasi. Yang kita butuhkan saat ini ialah lahirnya sebuah generasi yang dengan amat sadar memiliki tradisi berbahasa yang jujur, lugas, logis, dan taat asas terhadap kaidah yang berlaku.

Berkenaan dengan hal tersebut, setidaknya ada tiga agenda pokok yang penting segera digarap agar mampu melahirkan sebuah generasi yang memiliki tradisi berbahasa yang baik dan benar. Pertama, menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis pembinaan bahasa. Lembaga pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mencetak generas yang memiliki kepekaan, emosional, sosial, dan intelektual. Bahasa jelas akan terbina dengan baik apabila sejak dini anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu dilatih dan dibina secara serius dan intensif. Bukan menjadikan mereka sebagai pakar bahasa, melainkan bagaimana mereka mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. Tentu saja, hal ini memerlukan kesiapan fasilitas berbahas ayang memadai dengan bimbingan guru yang profesional.

Kedua, menciptakan suasana lingkungan yang kondusif yang mampu merangsang anak untuk berbahasa dengan baik dan benar. Media televisi yang demikian akrab dengan dunia anak harus mampu memberikan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik, bukannya malah melakukan “perusakan” bahasa melalui ejaan, kosakata, maupu sintaksis seperti yang banyak kita saksikan selama ini. Demikian juga fasilitas publik lain yang akrab dengan dunia anak, harus mampu menjadi media alternatif dengan memberikan telada berbahasa yang benar setelah para orang tua gagal menjadi “patron” dan anutan.

Ketiga, menyediakan buku bacaan yang sehat dan mendidik bagi anak-anak. Buku bacaan yang masih menggunakan bahasa yang kurang baik dan benar harus dihindarkan jauh-jauh dari sentuhan anak-anak. Proyek pengadaan Perbukuan Nasional harus benar-benar cermat dan teliti dalam menganalisis buku dari aspek bahasanya.

Melalui ketiga agenda tersebut, bahasa Indonesia diharapkan benar-benar mampu melahirkan generasi yang maju, mandiri, dan modern, yang pada gilirannya benar-benar akan menjadi bahasa komunikasi yang praktis dan efektif di tengah-tengah peradaban global yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika kehidupan. Dengan kata lain, bahasa Indonesia akan menjadi bahasa yang moden, tetap tetap menjadi jatidiri dari sebuah bangsa yang beradab dan berbudaya.
19 april 2013


3

Artikel bahasa indonesia sebagai alat komunikasi


Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud kita. Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain. Dengan komunikasi, kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki cirri khas tersendiri. Suatu simbol  bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa  Indonesia artinya kandang atau tempat.

Tulisan adalah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna dan dituliskan. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyaii fungsi utama  bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat.

Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Sebagai contoh masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan banyak bahasa.

19 april 2013


Selasa, 19 November 2013

ANNIVERSARY


Dan pada akhirnya..
Akhir pencarian pasangan hidup adalah MENCARI YANG NYAMAN
yang bisa membuat kita aman dan tenang bila bersama
Selalu tertawa bila berada di sampingmu
Bersamanya kamu bisa menjadi apa adanya
Serta menghabiskan waktu bersamamu
adalah suatu hal yang tidak membosankan

HAPPY ANNIVERSARY MY DEAR  *kakap*
17 01 2013 .. 17 11 2013

MEMBUAT FOLLOW BOX DI BLOG

Membuat Twitter Follower Box di Blogger yang menyerupai Facebook Fan Box. Plugin ini bukan resmi dari twitter, dan awalnya merupakan plugin untuk wordpress. Code ini dibuat oleh Mark Carey, dan saya coba buat untuk Blogger.  Dengan memasang Twitter Follower Box, pengunjung akan lebih tertarik untuk ikut akun twitter anda. Dan ini sangat menarik untuk penampilan blog anda.


Cara Pasang Twitter Follower Box
1. Login ke Blogger
2. Klik Dasbor>Rancangan>Tambah Gadget
3. Pilih wiadget HTML/JavaScript
4. Masukan kode ini


 <!-- Twitter Follower Box --> <script type='text/javascript'> function fanbox_init(screen_name){document.getElementById('twitterfanbox').innerHTML='\<iframe name=\"fbfanIFrame_0\" frameborder=\"0\" allowtransparency=\"true\" src=\"http://s.moopz.com/connect.html?user='+screen_name+'\" class=\"FB_SERVER_IFRAME\" scrolling=\"no\" style=\"width: 295px; height: 250px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; border-width: initial; border-color: initial; \"\>\<\/iframe\>';} </script> <div id="twitterfanbox"></div><script type="text/javascript">fanbox_init("kangismetdotnet");</script type="text><div style="font-size:10px;margin-top:-8px;"><a href="http://blog.kangismet.net/2011/11/membuat-twitter-follower-box-di-blogger.html">+ Get This Widget</a></div> <!-- End Twitter Follower Box -->


5. Ganti kangismetdotnet dengan username anda
6. Untuk merubah ukuran, sesuaikan width dan height-nya
7. Save dan Selesai.